Pages

Senin, 28 Maret 2016

Meraih Peluang di Tengah Masyarakat Ekonomi Asean

Beberapa tahun belakangan ini menurut saya kita terlalu banyak dijejali kekhawatiran berlebihan akan dampak MEA, Masyarakat Ekonomi Asean. MEA seolah-olah ingin digambarkan sebagai momok yang menakutkan. Sehingga perlu ditakuti.

Bila pun tidak takut kita seolah olah harus membuat persiapan-persiapan besar seolah akan menghadapi sebuah perang besar. Perang dimana akan membawa banyak kerusakan. Bahkan membawa kekalahan besar.

Kenyataannya kita sekarang (pada tahun 2016) ini sudah berada di tengah-tengah MEA yang ditakutkan itu. Tanpa kita sadari. Saat ini saya sendiri malah hampir tidak pernah menyebut-nyebut kata MEA itu sendiri. Toh, semuanya  rasanya baik-baik saja. Tanpa ada ketakutan sedikitpun. Hidup saya tidak lebih buruk dari sebelum MEA berlaku.

Berbicara tentang "persiapan" atau "apa yang perlu dipersiapkan", tanpa MEA sekalipun kita tetap membutuhkan. Dan harus membuatnya.

Apa yang menurut saya lebih besar untuk dihadapi dibandingkan MEA adalah: perubahan dan teknologi.

Masalah yang dihadapi oleh Bluebird dan perusahaan-perusahaan taxi konvensional bukanlah MEA. Musuh dari ojek pangkalan bukanlah MEA. Begitu pula dengan yang menjadi musuh-musuh para UKM Konvensional.

Musuh mereka adalah perubahan teknologi. Yang mana perubahan teknologi ini bagi UKM yang lain dianggap sebagai kesempatan baru.

MEA adalah Peluang

Mau tidak mau, Indonesia saat ini adalah negeri yang ribet dan belum ramah inovasi. Ada sedikit inovasi saja bukannya didukung dan didorong, tetapi malah diganjal. Aplikasinya diblokir. Pelaku inovasinya dipenjarakan karena dianggap kurang berhasil. Sedikit mengais ceruk pasar didemo oleh orang-orang yang dimapankan oleh kemalasan dan kongkalikong.

Apa iya untuk berkembang kita harus menunggu negara kita ramah inovasi dulu. Bagi saya menunggu adalah tindakan konyol. Momentum datang sesaat. Timed. Harus ditangkap secepatnya.

Bagi inovator dan pegiat kreatif seperti kita (bukankah blogger adalah profesi kreatif) seharusnya menangkap MEA sebagai peluang. Kita bawa saja inovasi kita ke luar. Melihat potensi potensi di negara anggota MEA. Kita mengembangkan inovasi di sana, dari sana. Merintis usaha di sana. Dan menjadikan Indonesia kita sebagai pasar dari inovasi yang kita ciptakan.

Beberapa tahun yang lalu, saya dihubungi oleh agency dari Amerika dan India. Mereka menawari saya untuk bekerja sama membuat konten. Dan selama beberapa bulan bekerja sama dengan mereka saya merasa lebih untung dan lebih enak. Materi yang saya dapatkan lebih besar daripada yang saya bayangkan ketika saya ditawari pekerjaan yang hampir sama oleh agency lokal.

Untuk diketahui bahwa agency agency luar (India dan Amerika) yang bekerja sama dengan saya itu mengerjakan proyek untuk perusahaan-perusahaan Indonesia yang menjadi klien mereka.

Nah, India dan Amerika Serikat adalah komunitas yang lebih besar dari sekedar MEA. Maksud saya, komunitas ekonomi global saja lebih tidak menakutkan. Apalagi masih sebatas kawasan Asean.

Keterampilan dan Kompetensi

Bila masih ngotot akan apa yang perlu dipersiapkan di tengah-tengah MEA, adalah Keterampilan dan Kompetensi. Bila kita mempunyai kompetensi dan keterampilan dan rajin-rajin meningkatkannya, apa memang yang perlu ditakutkan? 







6 komentar:

Christanty Putri Arty mengatakan...

Masbro saya support banget dengan opininya yang perlu dibenahi adalah SDM ybs dalam menyiapkan mental menghadapi perubahan dan teknologi yang semakin cepat dan inovatif.

Pakde Cholik mengatakan...

Selain bahasa, ketrampilan dan moral harus ditingkatkan kualitasnya ya Mas
Siap bersaing secara sehat
Salam hangat dari Jombang

Desy Yusnita mengatakan...

Ajari supaya bisa go international gitu dong mas.... :)

Dian Kelana mengatakan...

Kelemahan kita adalah takut untuk gagal, padahal bagi petarung sejati tak pernah memikirkan kegagalan. Karena kegagalan bagi mereka adalah keberhasilan yang tertunda dan saatnya untuk berbenah diri agar bisa tampil lebih hebat lagi.

Ririe Khayan mengatakan...

loyalitas konsumen dalam negeri juga memiliki potensi utk memenangkan pasar MEA menigngat penduduk Indonesia yang terbesar di Kawasan ASEAN

Keke Naima mengatakan...

Saatnya mencari peluang yang lebih luas :)