Pages

Senin, 13 Juni 2016

Gudheg Manggar di Dusun Jogja Village Inn, Enak Tapi Harus Nunggu Lamaaaa


A photo posted by Jarwadi MJ (@jarwadi) on

"Mungkin benar apa katamu. Pohon kelapanya sedang ditebang. Jadi Gudheg Manggar nya masih menunggu lama." 

Begitu kelakar Om Yahya ke saya sambil menunggu pesanan gudheg Manggar di Village In Resto yang tak kunjung datang.

Saya selesai shalat Maghrib agak lama sampai gudheg itu tersaji. Padahal saya memesannya sekitar jam lima kurang.

Sementara teman-teman saya yang memesan menu lain sebagian sudah sibuk menikmati makanan masing-masing. Kali ini saya harus bersabar sekaligus bersyukur. Bersabar menunggu gudheg manggar datang sekaligus bersyukur gudheg itu datang. Daripada pesananan Mas Iwan Restiono yang tidak kunjung datang dimeja sampai acara Media Gathering dengan Smartfren berakhir menjelang shalat Isya.

Memesan Gudheg Manggar memang bukan ide saya, melainkan ide Oom Yahya. Secara Oom Yahya yang sudah beberapa kali menikmati gudheg jenis ini, di tempat lain. Selain ia ingin mencoba di sini sekaligus merekomendasikan makanan yang belum pernah sekalipun saya cicipi.

Seperti foto di atas, gudheg manggar di sini disajikan dengan cukup unik dan menarik, disajikan di atas layah semacam piring dari gerabah yang diberi alas daun pisang.

Bukan jenis gudheg kering, melainkan gudheg basah. Lihat kuahnya yang nampak kental menggoda selera. Manggarnya tidak menghuni kuah santan kental itu sendirian. Ia ditemani oleh potongan daging ayam, dan telur rebus yang dibelah dua. Disajokan bersama sepiring nasi pula. Jadi memang cocok untuk makan besar, makan malam.

Saya akui saya memang ragu untuk memulai menikmati gudheg ini. Saya khawatir dengan perut saya yang sangat sensitif dengan lemak dan santan. Bagi Oom Yahya yang tahu kalau saya mengidap asam lambung tentu tahu betul ketika ia mengingatkan saya untuk hati-hati.

Kali ini saya bismilah saja. Saya mulai menikmati dengan nasi yang sedikit saya beri kuah santan. Rasanya gurih dan manis. Nasinya sendiri pulen. Saya lanjutkan dengan telur, kemudian daging ayam. Baru kemudian menuju klimaksnya yaitu gudheg manggar yang merupakan titik erotis dari menu ini.

Kalau sudah begini saya tidak bisa menahan diri. Lidah saya yang memang njawani tidak bisa berbohong. Tidak bisa membohongi siapa pun bila gudheg yang manis gurih ini memang enak dan lezat. Penungguan yang tidak sia-sia meskipun sempat membuat kesal.

Menurut Oom Yahya pun, gudheg manggar di sini memang enak, lebih enak dari gudheg manggar yang biasanya ia beli.

Maaf Mas Iwan Restiono, kamu kali ini mungkin berang dan panas hati menunggu pesanan yang tidak pernah datang sambil melihat kali keenakan makan gudheg manggar. hehehe

Bagaimana dengan perut saya yang sensitif? Alhamdulillah sampai sekarang saya tidak sakit perut gara-gara gudheg manggar Dusun Jogja Village In Resto.

Tulisan saya tentang kuliner jogja lainnya bisa dibaca di salah satunya: Hokben Restoran Halal.

Bagi yang ingin mencicipi Gudheg Manggar sebagai kuliner khas jogja selatan, silakan capcus ke Jalan Menukan Karangkajen Yogyakarta.Nomer jalannya saya lupa, yang jelas sisi paling barat dan lihat sisi utara jalan



Rabu, 18 Mei 2016

Angkringan Tobat, Menikmati Kuliner Jogja Ala Jelata


Menikmati Jogja yang sebenar-benarnya Jogja tidak bisa dipisahkan dari menikmati Angkringan. Angkringan di kota ini menjadi kekhasan kuliner tersendiri karena keberadaannya mudah ditemukan dimana-mana. Angkringan ada di tiap sudut kota ini.

Angkringan merupakan kekhasan kuliner di Jogja yang sebenarnya menarik bukan karena lezatnya makanan yang disajikan. Saya sendiri menyukai kuliner di angkringan karena suasana yang mudah terbentuk secara khas.

Di Jogja, Angkringan mengakomodasi karakter masyarakat Jogja yang sumanak, ramah dan mudah berteman dengan siapa pun. Masyarakat Jogja yang aseli mudah bergaul, terbuka dan mudah menerima siapa saja sebagai teman dan sahabat.



Sendirian memasuki kota Jogja, siapa pun tidak perlu berkecil hati. Datanglah ke Angkringan. Membaurlah. Mulailah membuka percakapan dengan orang-orang yang ditemui di Angkringan. Iya, benar, di Jogja pertemanan bisa dimulai dari hal yang remeh temeh seperti ini.

Buah Pepaya California Tak Kunjung Ranum

Pepaya California Muda di Kebun
Pepaya California Belum Matang
Kalau sudah nampak seperti ini, saya kira pepaya california di kebun saya ini akan segera matang. Ternyata tidak. 

Foto ini saya ambil beberapa minggu yang lalu. Mungkin sudah lebih dari dua minggu. Nyatanya sampai sekarang belum menguning. Masih berwarna hijau seperti pada foto di atas. 

Padahal saya sudah tidak sabar untuk memetik buah pepaya di pohon ini untuk yang pertama kalinya.  

Pepaya California ini adalah pepaya pertama yang saya tanam sendiri. Bisa dibilang ini adalah percobaan saya. 

Senin, 09 Mei 2016

Posting Blog Terhapus, Siapa Tahu Masih Nyantol di Google Cache


Sebelum shalat dhuhur tadi saya mencoba mengutak atik posting lama saya di blog http://jarwadi.me. Posting lama tersebut adalah tentang mengembalikan akun Blackberry ID. Link posting nya di: https://jarwadi.me/2012/01/23/lupa-password-dan-account-blackberry-id/

Kenapa saya mengotak atik posting lama itu?

Karena tulisan yang menyumbang visitor terbanyak itu belakangan ini visitornya turun secara drastis. Saya mengutak atik siapa tahu memang ada yang berubah atau rusak dalam posting itu. Posting itu rusak saya curigai karena beberapa waktu lalu saya mengganti theme blog dan menghapus beberapa kategori dalam blog wordpress tersebut.

Salah satu yang saya lakukan terhadap posting tadi adalah dengan mengubah kategori posting. Dari kategori Uncategorized ke Curhat Teknologi.

Anehnya setelah saya ganti ke kategori Curhat Teknologi, isi posting tersebut hilang. Artikel yang saya tulis lenyap. Hanya menyisakan judul dan link.

Saya panik dan jelas kurang ikhlas. hehe. Saya mencari-cari dimana di wordpress saya bisa me-restore suatu penyuntingan tulisan. Namun belum ketemu.