Pages

Rabu, 30 Maret 2016

Mengunjungi Keluarga Besar, Dulu Menyenangkan Kini Mendebarkan

Ngomong-ngomong tentang mengunjungi keluarga besar ini saya mempunyai cerita menarik. Setidaknya ada dua pengalaman menarik yang masih saya alamai, saya rasakan.

Ketika masih kanak-kanak sampai usia SMA, saya sangat senang mengunjungi keluarga besar kami. Baik keluarga besar dari pihak ayah, maupun dari pihak ibu saya senang.

Kenapa? Karena oleh bibi-bibi dan paman-paman saya, saat itu saya sering dikasih uang, sering dibelikan jajanan, dan segala pemberian yang lain. Maklum saat itu saya adalah cucu pertama dari kakek dari pihak ibu saya. Saat itu beberapa bibi dan paman saya kebanyakan masih single dan yang berkeluarga pun belum punya anak.

Ceritanya menjadi berbeda sekarang-sekarang ini setelah saya dewasa. Ketika mengunjungi keluarga besar, ada satu pertanyaan yang paling saya antisipasi. Pertanyaan itu adalah "Kapan menikah?" Saking sebelnya dengan pertanyaan ini saya menjadi suka ngeles.

Dulu pun sampai saya pernah membuat posting di blog dengan judul: Kapan Menikah?

Baik menyenangkan maupun mendebarkan, apapun, mengunjungi keluarga besar saya yakini banyak manfaatnya. Banyak hikmahnya. :)

Sebagai orang Jawa, manfaat terbesar yang saya rasakan adalah supaya "tidak kepaten obor". Maksudnya agar kita tidak lupa dengan asal usul kita. Kalau bangsawan mungkin agar kita menjadi paham dengan silsilah, dengan royal blood line kita. Hihi, tapi kami adalah keluarga jelata.

Oleh tetua tetua di keluarga besar, kami selalu diingatkan dan dinasihati agar antar saudara saling mengenal satu sama lain. Ini sangat ditekankan. Syukur-syukur masing-masing mempunyai ikatan emosial yang kuat dan mampu menjalin jejaring yang kuat dalam mencari nafkah dan mencari penghidupan.

Alih-alih jangan sampai karena tidak saling mengenal malah terjadi perkelahian dan permusuhan, padahal  sebenarnya masih satu saudara.

Hal lain yang terasa sekali manfaatnya adalah para tetua, kakek kakek saya yang sering membagikan kearifan dan kebijaksanaan mereka. Meski kadang saya juga sebel karena mereka terlalu berpusat pada cerita cerita dan dongeng masa lalu. hihi

Tidak ada komentar: