Pages

Sabtu, 02 April 2016

Harga BBM Turun Tarif Angkot Turun, Enak Saja

1 April 2016 harga premium dan bahan bakar minyak lainnya turun. Harga premium menjadi Rp 6.450,-. Begitu pula harga solar, telah turun menjadi Rp 5.150,-.

Ini adalah penurunan kesekian kalinya dari harga yang paling mahal adalah: primum Rp 8.500,- dan solar Rp 7.500 pada tanggal 18 November 2015.

Harga premium saat ini telah hampir sama dengan harga pada tanggal 22 Juni 2013, pada masa pemerintahan pak beye. Bahkan Rp 50,- lebih murah. Harga premium pada saat itu Rp 6.500,-. Harga solar pun bisa dikatakan benar-benar lebih murah sekarang dibandingkan pada 22 Juni 2013. Saat itu harga solar Rp 5.500,-. Selisih Rp 350,- lebih mahal dibandingkan harga sekarang.

sumber: wikipedia

Anehnya kenaikan harga premium dan solar tidak serta merta diikuti oleh penuruhan tarif angkot dan angkutan umum lainnya.

Tadi malam saya mendengar di televisi, alasan mereka karena belum ada sosialisasi, belum mendengar sosialiasi penurunan harga BBM. Padahal ketika harga premium dan solar baru akan naik mereka seringkali sudah lebih dulu menaikkan tarif angkot.

Ini sebenarnya adalah apa yang tidak saya sukai dari tiap kenaikan dan penurunan harga BBM. Untuk diketahui di Indonesia, dari tahun 2000 sampai sekarang kenaikan dan penurunan harga BBM sudah terjadi berulang kali, sudah umum.

Pun tiap ada perubahan harga BBM pemerintah tidak cukup bagus mengatur kenaikan tarif transportasi masa. Seolah regulasi yang dibuat sampai saat ini tidak bergigi. Padahal sekarang yang menjadi Menteri Perhubungan adalah Ignatius Jonan yang konon hebat, hehe. Kementriannya Pak Jonan pun belum bisa bagus memberi sanksi kepada pelaku bisnis transportasi yang semaunya sendiri dalam menentutkan tarif kepada penumpang.

Nah, maka kejadiannya di masyarakat, penumpanglah sekarang ternyata yang memberikan sanksi kepada pelaku bisnis angkutan umum, angkot, angkudes dan sejenisnya.

Masyarakat memberi sanksi dengan mengadakan kendaraan pribadi sendiri untuk kebutuhan trasportasi mereka masing-masing. Akibat sanksi masyarakat ini sekarang di berbagai kota telah banyak angkot yang bangkrut. Di kota saya sendiri, di Wonosari, tinggal sedikit angkot yang bisa survive menghadapi sanksi sosial.

Masyarakat yang "main hakim sendiri" seperti sekarang bukannya tanpa efek samping. Efek sampingnya jalanan menjadi semakin padat, polusi meningkat pesat dan seolah masyarakat yang kurang mampu menyediakan kendaraan untuk mengangkut dirinya sendiri menerima hukuman dari dosa yang bukan diperbuatnya. Orang-orang yang saya sebut terakhir ini sekarang menjadi lebih sulit untuk bepergian kemana-mana. Bila pun ingin mereka terpaksa mengeluarkan biaya mahal, untuk menyewa atau mencarter kendaraan. Kasian ...

Di sini kembali kehadiran negara dipertanyakan...:)


3 komentar:

Titis Ayuningsih mengatakan...

Di Jakarta tarif angkot masih sama saja meski bbm sudah turun hihihi

Ety Abdoel mengatakan...

Sebagai pengguna angkot saya sedih. Kalau ikut turun kan, emak bisa pengiritan.
Tapi mimpi kali ngarepin tarif transportasi umum turun

danii mengatakan...

Kalo soal tarif angkutan umum sih udahlah sebagai konsumen gak bisa protes apapun Om. Makanya kemaren gemes abis waktu menteri Jonan komen terkesan lepas tangan soal kemelut angkutan berbasis online